Menikah?

Makassar, 4 Februari 2017
Pkl 09.40 WITA

Bulan Juni tahun ini aku akan memasuki umurku yang ke dua puluh tiga.
Sebagai seorang perempuan, aku sedang berada dalam fase hidup sering-seringnya ditanya “kapan nikah”.
Untuk fase hidup sering-seringnya ditanya “kapan lulus”, sepertinya aku tidak terlalu merasakannya karena aku kuliah di kota yang berbeda dengan keluargaku berada #HidupAnakRantau.
Kali ini, aku hanya ingin menulis pandanganku tentang menikah.

Menikah.
Tuntutan?
Kewajiban?

Aku sulit mendeskripsikannya.
Pun jika harus, menikah buatku, mungkin, adalah tentang pilihan.
Pilihan yang sebaiknya telah kau ketahui alasan mengapa kau memilihnya.
Pilihan yang sebaiknya harus kau sadari konsekuensinya sedari awal.
Layaknya, mengapa kau makan? Karena kau lapar.
Mengapa kau menikah? Entah karena cinta, harta, tahta, atau yang lainnya, kau yang tahu.

Sebagian orang biasanya tahu alasan dia menikah, karena harta misalnya.
Ya, menikah dengan tidak didasari cinta bukanlah hal yang salah menurutku.
Toh hal tersebut hanya sekadar alasan seseorang mengambil keputusan.
Siapa yang tahu sehari dua hari setelah menikah, mereka akan mulai mencintai pasanganmu.
Aku termasuk orang yang percaya cinta dapat tumbuh karena terbiasa.
Hanya saja, sebagian orang biasanya tidak menyadari konsekuensinya.
Siapa yang tahu juga bahwa setahun dua tahun menikah, mereka akan tetap tidak memiliki rasa apapun terhadap pasangannya.
Mereka akan menjalani hari-hari dengan pasangan yang sebenarnya tidak terlalu diharapkan kehadirannya.
Mungkin hanya akan mereka jadikan “bahan” pencitraan di depan orang lain.
Orang-orang akan menganggap hidup mereka lengkap dengan adanya pasangan, anak, rumah, mobil, atau sebut saja keluarga.
Namun konsekuensinya?
Mungkin akan ada sedikit, atau bahkan sangat sedikit, batu yang menjanggal hati mereka.
Mereka akan menjalani hari-hari dengan keraguan, ketidakpastian, atau bahkan kenaifan akan perasaan mereka sendiri.
Mereka akan sesekali bercerita kepada orang terdekatnya bahwa mereka mulai lelah menghadapi sifat pesangannya.
Bahkan mungkin, mereka akan meminta kepada pasangannya untuk mendiskusikan tentang perpisahan.
Tak apa jika mereka menginginkannya, sekali lagi, itu pilihan masing-masing orang.

Pilihanku?
Sedikit berbeda.
Suatu saat nanti, jika aku telah memilih untuk menikah dan akan menjadi istri orang, aku harap aku dapat menikah dengan seseorang yang benar-benar kukasihi dan kusayangi.
Dengan lelaki yang benar-benar kuinginkan hadir dalam hidupku.
Dengan lelaki yang akan selalu memercayaiku dalam segala kondisi.
Dengan lelaki yang dapat kuajak berbincang tentang segala.
Dengan lelaki yang memiliki visi dan misi untuk mencapai kesuksesannya.

Karena jika suatu saat aku diberi kesempatan untuk hidup menua dengan pasangku
Jika tubuh kami sudah renta bahkan berjalan pun sulit
Jika anak kami sudah dewasa dan hidup mandiri bersama keluarga mereka masing-masing
Sepertinya berbaring diatas tempat tidur dan bercerita tentang kisah dimana pertama kali kami bertemu atau kisah siapa yang menyatakan cinta duluan, akan sangat menyenangkan.
Karena aku adalah seseorang yang introvert dan sulit mengungkapkan perasaan, untuk alasan yang satu itu, aku benar-benar membutuhkan pasangan yang dapat membuatku bercerita dan dapat mendengarkanku.

Menikah buatku tidak perlu juga ditarget umur.
Karena, mengapa harus?
Hakikatnya adalah semua orang ingin menikah-diluar terdapat alasan lain yang membuatnya tak ingin-manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya membutuhkan orang lain.
Menikah dapat membuatmu memiliki satu orang pasti untuk dapat saling bersosialisasi.
Tak peduli umur dua puluh, dua lima, tiga puluh, kau tak akan pernah tahu kapan kau dapat merasa siap untuk memiliki pasangan.
Jika kau berumur tujuh belas tahun dan kau telah merasa siap, menikahlah.
Jika kau berumur tiga puluh tahun dan kau merasa belum siap, tak apa.
Mungkin kau memang belum bertemu dengan pasangan yang kau harapkan.
Mungkin kau yakin Tuhan memiliki rencana lain terlebih dahulu sebelum mempertemukanmu dengan jodohmu.
Mungkin kau sedang sibuk membahagiakan dirimu sendiri dan tak ingin gegabah mengambil keputusan menikah hanya karena tuntutan orang tua atau karena teman-temanmu yang lain sudah menikah duluan dan bahkan telah memiliki anak, sementara kau belum.
Mungkin kau hanya tak ingin menukarkan hidupmu yang kini telah bahagia dengan caramu sendiri dengan hidup yang belum pasti akan bahagia dengan pasangan yang belum tentu akan kau cintai.
Who knows?
Jadi, ya, buatku, tak perlu ditarget umur.

Sementara itu saja dulu yang dapat kutulis dalam postingan kali ini.
Sebenarnya belum selesai, masih banyak pemikiran lain, tapi akan kulanjutkan dilain hari.
Thank you!

Komen. Komen. Komen.

Makassar, 28 Januari 2017
Pkl. 08.21 WITA

Pernah tidak kalian merasa lelah dengan dunia ini?
Hmm… Mungkin lebih tepatnya tentang salah satu isi dunia, bukan tentang dunia itu sendiri.
Manusia maksudku 🙂
Terkadang aku lelah dengan manusia yang penuh dengan omongan tidak penting dan sangat tidak penting.
Komen. Komen. Komen.
Apakah hidup mereka sangat tidak menarik sehingga mereka memang hanya bisa mengomentari hidup orang?
Tapi, di media sosial sepertinya mereka selalu tampak bahagia-bahagia saja.
Nongkrong. Makan. Liburan. Belanja.
Pencitraan?

Beberapa orang di sekitarku, sering kutemui mereka lebih senang mengomentari daripada mendengarkan dan menghargai kisah seseorang.
Sekalipun mereka mendengarkan, hal tersebut biasanya hanya akan mereka jadikan sebagai bahan obrolan kepada teman-teman mereka yang lain.
Beberapa orang di sekitarku, sepertinya kata-kata “jangan beritahu siapa-siapa ya” atau “tolong dijaga ya, ini rahasia”, tidak berlaku untuk mereka. Hanya jadi ungkapan klise bahkan jika mereka menjawabnya dengan “iya”.
Seperti ini biasanya;
*one fine day*
A: (curhat panjang kali lebar)… tapi ini rahasia ya, kamu jangan bilang-bilang, ini kan masalah pribadiku.
B: Iya, aku janji bakal jaga rahasiamu.
*the next day*
B: kamu tau gak sih…. masa kemarin si A curhat ke aku, katanya… (ceritain ulang curhatan si A) (sekalian ditambahin tanggapan pribadinya sebagai bumbu penyedap percakapan)
C: Kasihan ya si A. Kok bisa masalahnya sampai gitu sih? bla bla bla…

Mungkin sebenarnya orang-orang seperti ini baik. Mereka turut bersimpati dan berempati terhadap temannya.
Tapi, bagaimana dengan janji untuk menjaga rahasia?
Apakah benar-benar hanya ungkapan klise belaka?

Beberapa orang di sekitarku, mereka akan lebih sering bertanya tentang alasanmu mengambil keputusan daripada mendukung keputusan yang kau ambil.
Seperti ini biasanya;
A: Hei, aku baru buka bisnis pizza nih, masih kecil-kecilan sih. Belum ada toko, msh delivery aja biar gampang. Kamu mau cobain gak?
B: Wahh hebat nih udah jadi pebisnis sekarang. Tapi, kenapa pizza? Kok gak bisnis nasi campur aja? Kan nasi campur enak, rasanya lebih Indonesia gitu. Kalo pizza kan makanan bule, gak semua orang Indonesia kan suka pizza.
A: …

They will always always and always… comment.
Why don’t u just help ur friend by order the pizza?
Why u have to ask ur friend about nasi campur?
Maybe ur friend just don’t like nasi campur as much as he/she likes pizza, so he/she choose to sell pizza.
Or maybe he/she don’t even has any special reason to do it.
He/she just want to do it.
That’s it.
But.. why?
😦

Percakapan singkat memang.
Dan mungkin hanya basa-basi untuk dapat memperpanjang percakapan saja.
But, it just doesn’t makes any sense for me. Hehe.
Aku tipe orang yang lebih memilih untuk berkata “wah, great. Boleh deh aku order satu ya pizzanya” jika aku berada dalam kondisi seperti itu.

Kadang aku merasa jadi perempuan yang membosankan karena kurang bisa membuka obrolan panjang dengan orang lain, seperti “eh masa si A…” atau “eh katanya sekarang si B…” atau “kamu tau gak si C…”.
Padahal, menurutku tidak sepenting itu bagiku untuk menceritakan secara gamblang tentang kehidupan seseorang kepada orang lain. Apalagi dalam konteks obrolan menjerumus ke gosip, bukan konteks memotivasi.
Masih banyak hal lain yang bisa kujadikan bahan obrolan dengan orang lain. Tentang kafe baru, tentang produk kecantikan, tentang film, tentang musik, sesekali tentang politik.
Tidak harus tentang seseorang, apalagi tentang masalah atau kesedihan yang dialaminya.
Kalaupun tentang seseorang, sebaiknya jangan tentang masalah pribadinya.
Karena setiap pribadi memang punya masalah.
Itu lumrah.
Wajar.
Kalian pun pasti punya masalah pribadi.
Yang sebenarnya kalian sendiri pasti tidak suka jika orang lain men-judge kalian hanya berdasarkan satu masalah saja.
Tanpa tahu apa sebenarnya yang telah kalian lewati untuk bertahan hidup dan menghadapi masalah itu.
Apakah mereka akan berada di sampingmu saat kau menghadapi masalah itu?
Mungkin, tidak.
Karena memang tidak penting bagi mereka.
Yang penting adalah “ceritamu” untuk dijadikan “bahan cerita” mereka.
That’s why sekarang aku lebih memilih menyimpan masalah pribadiku sendiri.
Jika pun kurasa harus meminta pendapat orang lain atau sekadar merasa butuh untuk membagi keluh kesah kepada orang lain, kupastikan kepada orang-orang yang memang dapat menjaga rahasia dengan baik a.k.a tidak ember.

Dari tulisan ini, aku ingin menyampaikan bahwa mari sama-sama belajar menghargai orang lain saat ia mengambil keputusan dalam hidupnya, cobalah untuk tidak menyanggahnya.
Mari sama-sama belajar menyimpan rahasia dan tidak “menyampai-nyampaikan” cerita, cobalah sesekali untuk tidak menjadikannya bahan obrolan-menjerumus-ke-gosipmu dengan orang lain.
Menurutku, percakapan tanpa komentar yang tak penting sebenarnya dapat membangun percakapan yang lebih sehat.
Memang tidak menjanjikan percakapan yang lebih asik dan lebih panjang, ia memang menjanjikan percakapan yang SEHAT.
Aku pun masih belajar membiasakan diri melakukan percakapan sehat ini.
So, mari sama-sama belajar 🙂

Tentang Yang Sudah-sudah

Makassar, 13 Januari 2017
Pkl. 06.28 WITA

Aku tak tahu harus mulai menulisnya dari mana
Ini tentang sebuah pengakuan
Tentang perasaan yang tetiba hadir kembali
Yang kukira aku telah melupakannya, ternyata belum
Yang kukira aku telah berdamai dengan masa lalu itu, ternyata belum
Yang kukira aku telah baik-baik saja, ternyata tidak

Seakan-akan ada yang mendobrak dari dalam hatiku
Sesuatu yang telah kukubur dalam dan rapat, setelah empat tahun berlalu, ternyata ingin kembali menyeruak
Aku tak mengerti

Mungkin aku hanya sedang membutuhkan teman berbincang
Seumur hidupku di dunia ini, kau adalah teman berbincang terbaik yang pernah kumiliki
Seharusnya tak kulakukan kesalahan itu
Seharusnya tak kusertakan hatiku saat berbincang denganmu dulu
Seharusnya aku lebih profesional dalam pertemanan kita
Ternyata aku tak bisa
Maaf telah kubiarkan hatiku jatuh padamu saat itu
Maaf.

Kini kubiarkan hatiku bersedih
Kubiarkan pula hatiku risau
Lucu rasanya kembali merasakan perasaan ini karenamu
Bahkan aku telah sempat menangis karena lelaki lain
Namun, ternyata hati ini masih memiliki setitik harapan tentangmu

Apa kabar, a part of me?
Bagaimana dengan langit yang kau pandang disana?
Apakah tetap cerah secerah senyummu?
Kuharap iya
Lalu, bagaimana dengan hatimu?
Apakah ia masih menjaganya atau bahkan ia telah memilikinya utuh?
Katakanlah
Karena kini aku mulai merasa takut, jika ternyata kau yang terbersit dalam pikiranku kini telah menjadi  suami orang (hehe)

Maaf atas perasaan ini yang tak seharusnya muncul kembali
Aku berjanji akan berusaha memperbaikinya
Sendiri
Persis seperti yang sudah sudah

By the way,
Pernah tidak kau dengar orang-orang mengatakan bahwa “jangan berkata rindu jika tak ada usaha bertemu”?
Itulah mengapa aku tak bisa mengatakannya
Karena aku tak kuasa mengusahakan apapun untuk dapat bertemu denganmu lagi

Review: Frank Body Scrub

Halo, friends. Kalian apa kabar hari ini? I hope you’ll always have a great day. Minggu ini adalah minggu terakhirku libur kuliah (hiks). Karena semester ini aku masih ada ambil satu kelas, jadi minggu depan aku sudah harus mulai kuliah lagi sambil nyicil kerjain skripsiku. Ya setelah berlama-lama libur, minggu depan udah waktunya buat mikirin presentasi, tugas, kuis, UTS, dan UAS lagi. Semangat! Postingan kali ini aku akan ngereview tentang salah satu produk favoritku lagi, yaitu Frank Body Scrub.

Enjoy the review, friends ^^

WHAT IS FRANK BODY SCRUB?

Frank Body Scrub adalah scrub yang terbuat dari bahan utama kopi yang dapat digunakan pada badan dan wajah. Produk yang berasal dari Australia ini memliki aroma kopi yang sangat kuat. Frank Body Scrub memiliki empat varian, yaitu Original, Coconut, Cacao, dan Peppermint.

“Let’s Be Frank, Skincare Should Be Simple”

No parabens, PEGS, or phthalates. 
No sulphates or silicones. No mineral oil, no glycols, no DEA or TEA.

All of my products are made in Melbourne, Australia using natural and naturally derived ingredients: coconut oil to moisturise, mint extract to awaken, cinnamon to improve shelf life, and the list goes on. (source: http://www.au.frankbody.com)

PACKAGING

2016-02-13 13.58.04(Frank Body Scrub tampak depan)

2016-02-13 13.58.45(Frank Body Scrub tampak belakang)

Frank Body Scrub ini memiliki kemasan yang sangat simpel dan unik, yaitu berbentuk amplop berwarna coklat muda. Pada bagian atas amplop memiliki zip lock agar aroma dan kualitas produknya tetap terjaga meski telah dibuka. Tiap kemasan berisi 200g produk. Pada bagian depan kemasan terdapat keterangan mengenai nama produk, berat kemasan, dan varian scrub (original, coconut, cacao, dan peppermint). Sementara, pada bagian belakang terdapat ketengaran menganai komposisi produk dan keterangan tambahan lainnya.

2016-02-13 14.04.05(Zip lock kemasan Frank Body Scrub)

Packaging berbentuk amplop ini memang sangat unik. Namun, biasanya menyulitkan dan mudah berantakan saat aku ingin mengambil produknya langsung dari kemasannya. Caraku mengatasinya adalah dengan menuangkan produknya dulu ke suatu wadah kecil, kemudian baru aku mengambilnya dari wadah tersebut untuk aku gunakan ke badan atau wajah. Sebenarnya bisa saja sih aku memindahkan langsung semua produknya ke dalam wadah yang cukup besar, tapi aku gak tega membuang kemasannya karena bentuknya unik (hehehe). Kemudian, karena aku biasa menggunakan Frank Body Scrub saat mandi, kemasannya juga jadi mudah basah terkena air. Memang kemasan amplop ini memiliki pelapis berbahan plastik di bagian dalamnya, namun tetap saja bagian luarnya menjadi gampang basah.

PRICE

Varian Frank Body Scrub yang aku punya adalah original. Aku dulu beli Frank Body Scrub Original ini di salah satu onlineshop di Instagram seharga Rp285.000 (diluar ongkir). Kisaran harga di onlineshop untuk varian original memang sekitar Rp285.000-Rp320.000.  Untuk varian coconut, cacao, dan peppermint, harganya sedikit lebih mahal, biasanya di kisaran Rp310.000-Rp330.000. Namun, biasanya harganya akan lebih murah jika barang tersebut pre order. Biasanya ada juga onlineshop yang menjual Frank Body Scrub secara share. Jadi, kalian tidak harus membeli kemasan full 200gr, kalian bisa membeli 50gr atau 100gr, harganya tentu akan lebih murah. Untuk kalian yang baru ingin mencoba Frank Body Scrub, namun merasa kemasan full size terlalu mahal, kalian bisa coba membeli produk share-nya dulu. Kemasan untuk produk share biasanya akan diganti oleh wadah atau plastik lain.

Sedikit tips dari aku kalau kalian baru mau nyobain produk ini dan gak mau beli full size agar mendapatkan harga yang lebih murah lagi: share sendiri aja produknya bareng temen-temenmu. Kamu bisa ngajakin temen-temenmu untuk patungan beli full size, kemudian nanti kalian tinggal share produknya sendiri deh. Biaya share dan ongkirnya nanti bakal jadi lebih murah, kan? Hehehe.

USAGE

Aku biasanya menggunakan Frank Body Scrub sebelum aku mandi, tapi gak langsung ke seluruh badan. Biasanya sih kupakai sedikit-sedikit aja tiap minggu. Misalnya, minggu ini aku cuma nge-scrub kakiku aja, minggu depan lengan, dan minggu depannya lagi bagian lainnya yang lagi kupengenin. Tapi, untuk bagian leher, punggung, dan ketiak, aku usahain selalu nge-scrub tiap minggu sih. Kenapa aku jarang nge-scrub langsung ke seluruh badan? Karena capek hahahaha.

Cara pakai produk ini pertama-tama adalah aku usapin sedikit air ke badanku (bener-bener dikit aja, cuma biar produknya bisa nempel di kulit). Kemudian, aku usapin deh produknya ke badanku dan tunggu beberapa saat sampai agak kering (jangan tunggu sampai bener-bener kering, soalnya nanti produknya gak bisa di-scrub karena bakal langsung jatuh). Setelah agak kering, mulai deh scrub badan kamu. Nge-scrub-nya pelan-pelan aja yah, karena butiran scrub produk ini agak kasar, kalau terlalu kencang nanti kulit kamu bisa iritasi. Apalagi kalau kamu menggunakannya di wajah, harus benar-benar pelan nge-scrub-nya.

2016-02-13 14.01.51(Butiran scrub Frank Body Scrub)

Setelah menggunakan produk ini, aku ngerasain banyak banget manfaatnya. Manfaat yang pertama adalah, badanku jadi wangi kopi hahaha. Kulit juga jadi terasa lebih halus dan bersih karena sel-sel kulit mati dan kotoran sudah terangkat semua. Hmm, aku bener-bener serius dengan kata halus dan bersih loh ya (._. ). Aku sebelumnya udah pernah nyobain scrub lain, tapi hasilnya gak sehalus dan sebersih setelah menggunakan Frank Body Scrub.

Bulan lalu juga aku sempat punya semacam luka kecil di daerah lipatan lenganku. Aku gak tau itu luka karena apa, dan kalau lagi kumat tuh luka bisa gatal banget (hiksss). Nah, berhubung aku ini anak kosan jadi kalau mau ke dokter untuk luka sekecil itu jadinya mikir-mikir hehehe, akhirnya kucoba aja nge-scrub tuh luka pake Frank Body Scrub. Hasilnya? Gatal di lukanya jadi berkurang (yeay, hore). Walaupun lukanya gak hilang, tapi serius gatalnya jadi bener-bener hilang. Akhirnya aku scrub aja tuh luka terus-terusan sampai akhirnya aku ada kesempatan ke dokter buat obatin lukanya lebih lanjut.

Produk ini juga isinya banyak loh. Aku dulu beli produk ini bulan Oktober 2015 dan sampai sekarang produknya masih banyak. Aku beli yang full size, tapi aku bagi dua sama adekku. Aku juga heran sih kenapa nih scrub gak habis-habis, padahal udah rutin kupakai tiap minggu hehehe.

CONCLUSION

Overall aku suka banget sama produk ini. Produk ini bikin kulitku jadi lebih halus dan bersih. Tapi, yang paling bikin aku kesemsem sih tetep karena aromanya. Aku bukan orang yang suka minum kopi, tapi aku suka banget sama aroma kopi Frank Body Scrub ini.

Untuk kalian yang punya kulit kering atau permasalahan kulit lainnya, kalian bisa coba Frank Body Scrub ini agar kulit kalian lebih halus, bersih, dan lembab.

Pros:

  • Aroma kopinya THE BEST.
  • Kemasannya unik.
  • Menghaluskan dan membersihkan kulit.
  • Dapat mengatasi berbagai permasalahan kulit lainnya.
  • Produknya banyak, gak habis-habis.

Cons:

  • Produknya susah diambil langsung dari kemasannya.
  • A little bit pricey.

Rating: 9/10

Repurchase: Yes, tapi nabung dulu sampe duitnya cukup hehehe.

Review : Lucas’ Papaw Ointment

Halo. Ini adalah review pertama aku di blog ini and I’m so excited to write it. Jadi, untuk review pertama ini, aku akan review tentang produk andalanku yang selalu kugunakan setiap hari untuk mengatasi bibir keringku. Produk tersebut adalah…. Lucas’ Papaw Ointment.

Enjoy the review ^^

WHAT IS LUCAS’ PAPAW OINTMENT?
Lucas’ Papaw Ointment is the ointment that has antibacterial and antimicrobial properties and can be used as healing agent for some of skin problem.

What are the ingredients of Lucas’ Papaw Ointment?

  • Carica Papaya 39/mg/g
  • Fresh Fermented Fruit.
  • Base – Pharmaceutical Grade Petrolieum Jelly and Wax.
  • Gum Balsam Peru.
    (source: http://www.lucaspapaw.com.au)

What are the benefits of Lucas’ Papaw Ointment?

  • Minor Burns & Scalds
  • Sunburn
  • Gravel Rash, Cuts & Minor Open Wounds
  • Nappy Rash & Chafing
  • Insect Bites
  • Splinters & Thorns

Many users of the ointment also report temporary relief of the symptoms of dermatitis and eczema. (source: http://www.lucaspapaw.com.au)

PACKAGING

image1(Lucas’ Papaw Ointment tampak depan)

image2(Lucas’ Papaw Ointment tampak belakang)

Lucas’ Papaw Ointment ini tersedia dalam kemasan tube dan jar. Pada websitenya, dijelaskan bahwa terdapat dua tipe kemasan, dan masing-masing memiliki dua jenis ukuran, yaitu:

  • 15gm tube
  • 25gm tube
  • 75gm jar
  • 200gm jar

Tapi, sepengetahuanku selama ini, jenis produk yang paling sering dijual oleh onlineshop di Indonesia adalah kemasan tube 25gr dan jar 75gr. Punyaku sendiri adalah kemasan tube 25gr. Aku pilih yang kemasan tube karena ukurannya lebih kecil, sehingga mudah dibawah kemana-mana. Untuk ukuran 25gr saja ini, aku sudah memakainya selama setahun dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan segera habis.

PRICE
Aku dulu beli Lucas’ Papaw Ointment tube 25gr di salah satu butik di Bandung seharga Rp105.000. Kalau aku lihat-lihat di onlineshop, kisaran harga untuk kemasan tube 25gr memang antara Rp85.000-Rp120.000. Sementara, untuk kemasan jar 75gr, harganya berkisar antara Rp150.00-Rp190.000.

USAGE
Seperti yang sudah kujelaskan diawal, aku pakai produk ini sebagai pelembab bibir. Jadi, aku pakainya bener-bener cuma sedikit saja dan itu sudah bisa melembabkan bibirku seharian. Cara penggunaannya juga gampang, kamu tinggal ambil produknya menggunakan jari, kemudian sapukan pada bibir atau bagian kulit mana saja yang ingin kamu lembabkan. Saranku sih ambil produknya dikit aja, karena sedikit produk aja udah benar-benar bisa melembabkan. Jadi, ngapain ambil banyak-banyak? Nanti yang ada malah mubazir produknya kebuang-buang. Tekstur Lucas’ Papaw ini juga agak lengket. Jadi, kalau kamu ambilnya kebanyakan nanti bibir atau kulit kamu terasa lengket.

image3(Tekstur Lucas’ Papaw Ointment sebelum di-blend)

image4(Tekstur Lucas’ Papaw Ointment setelah di-blend)

Oiya, aku juga mau cerita sedikit kalau bibirku ini tuh tipenya kering banget. Walaupun aku dulu udah rajin minum air putih dan pakai lipbalm, tapi tetep aja bibirku kering dan kulitnya jadi gampang terkelupas. Dulu aku udah sempat cobain beberapa produk lipbalm lain untuk mengatasi bibir keringku, tapi tetep gak ngefek sama sekali. Sampai akhirnya pencarian panjangku akan produk pelembab bibir yang oke berakhir pada Lucas’ Papaw Ointment ini :’). Tapi, kalian juga harus tetap rajin minum air putih agar bibir kalian juga dilembabkan dari dalam.

CONCLUSION
Overall aku suka banget sama produk ini. Produk ini tuh udah jadi holy grail aku semenjak pertama kali kubeli. Aku pakai Lucas’ Papaw ini bener-bener tiap hari setelah aku mandi atau kapan saja aku merasa bibirku kering. Terkadang juga aku pakai sebelum tidur, jadi pagi hari saat aku bangun bibirku sudah menjadi sangat lembab.

So, untuk kalian yang punya bibir kering dan masih dalam pencarian panjang akan produk pelembab bibir yang oke, mungkin Lucas’ Papaw Ointment ini bisa jadi salah satu opsi untuk kalian coba.

Pros:

  • Bener-bener melembabkan bibir keringku.
  • Habisnya lama.
  • Multifungsi.

Cons:

  • Kalau pakai produknya kebanyakan jadi lerasa lengket.

Rating: 10/10

Repurchase: Yesssss, of course.

Billy

5 Maret 2014

Tadi di MOG saya bertemu seorang Bapak.
Umurnya skitar 55 tahun.
Dia sedang menemani anaklaki-lakinya yang mengidap autis berkeliling mall.
Anaknya bernama Billy, berumur 16tahun.
Katanya, Billy telah mengidap autis sejak ia dalam kandungan.
Billy saat ini tidak menempuh pendidikan. Dia berhenti sekolah sejak kelas lima SD. Sejak saat itu sampai sekarang, ia sama sekali tidak pernah bersekolah lagi.
Beliau tadi bercerita bahwa dia sering ke mall untuk temenin anaknya bermain.
Si Billy ini suka sekali bermain di mall.
Biasanya Billy mendengarkan musik dan bermain di  timezone saat sedang berkunjung ke mall.
Bahkan, beliau mengatakan bahwa Billy pernah berada di mall dari pukul 11 pagi sampai pukul 9 malam. “Ngalah2in orang kantoran aja”, kata Bapak.
Tapi, dari raut mukanya, Bapak tersebut tetap saja sabar.
Sama sekali tidak ada raut wajah lelah yang terlihat di mukanya. beliau tetap saja setia menemani anaknya yang sedari tadi sibuk berjoget sambil mendengerkan lagu dari handphonenya.
Aku salut kepada Bapak .
Bagaimanapun kondisi anaknya, beliau tetap setia menemani. Beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan anaknya. Segalanya dikorbankan untuk anaknya. Beliau tidak malu dengan kondisi anaknya.
Aku salut. Aku bangga.
Kasih sayang orang tua memang tidak ada habisnya, tidak ada tandingannya.
Tidak ada yang bisa mengalahkan kasih sayang mereka.

Mendengar kisah Bapak tadi, aku tiba-tiba merindukan Bapak dan Mama.
Kedua orang tuaku.
Mereka juga pasti merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Bapak tadi.
Rasa sayang mereka untukku pasti juga tidak ada tandingannya.
Mereka menyayangiku apa adanya.
Tanpa pamrih.
Tulus.
Murni dari dalam diri mereka.
Pak, Ma, aku bersyukur memiliki kalian.
Aku mencintai kalian juga lebih dari hal apapun di dunia ini.
Terima kasih telah bersedia menjadi orang tua untukku.

Tepat 22 tahun yang lalu

Kamis, 7 Agustus 2014

Tepat hari ini
Dua puluh dua tahun yang lalu
Kau dilahirkan ke dunia ini
Dari rahim seorang ibu yang aku yakin dia pasti ibu yang hebat

Kali ini aku hanya ingin berterima kasih padamu
Terima kasih karena telah terlahir di dunia ini
Terima kasih karena telah ada di dunia ini
Terima kasih karena telah mengisi hariku dengan berbagai candamu
Mungkin kau menganggapnya biasa saja
Tapi, andai kau tahu, candamu lah yang membangkitkanku saat aku terpuruk dulu
Dan kini candamu telah mejadi segalanya untukku
Terima kasih

Jika Kau Izinkan Aku Menyelesaikan Sejuta Masalahmu

A reply for your beautiful words:

Screen Shot 2013-12-02 at 6.42.03 AM

Kau pantas dan akan selalu pantas untuk dicintai.
Untuk hal yang satu ini, aku tak tahu bagaimana cara menjelaskan alasannya.

Aku tahu dengan pasti rasa sedih itu.
Melihat orang yang ku cintai bersama orang lain.
Aku pernah mengalaminya.
Melihatmu bersama kekasihmu, baik yang dulu maupun sekarang, menyesakkan dada.
Meninggalkan luka, gores, dan iris.

Aku juga pernah mengalami hal yang satu ini, hidup bersama orang yang kucintai sedangkan dia tidak memiliki rasa apapun buatku.
Aku pernah hidup bersamamu.
Melewati setiap hari dengan kabar darimu.
Bersamamu.
Tanpa status memang.
Terlalu rumit untuk disebut teman, namun terlalu simpel untuk disebut kekasih.
Entah kau menyebutnya apa.
Tapi, bagiku, saat kulewati hari-hari dengan satu saja kabar darimu, itulah yang kusebut hidup.
Namun, hidupku kemudian berubah menjadi mati saat ku tahu kau tidak memiliki rasa apapun untukku.
Apa kau mampu membayangkan rasanya mati? Tidak.
Tidak ada seorang manusia hidup pun yang mampu menjelaskan rasanya mati.
Karena mereka belum mengalaminya.
Namun, sekali mereka mengalaminya, maka mereka justru tidak akan mampu menjelaskan rasanya.

Kau adalah kau.
Persetan dengan segala materi yang menempel di tubuhmu.
Aku hanya akan terus memandang lurus ke dalam hatimu.
Seorang lelaki yang punya satu tempat sempit di hati, dan ku tahu pasti tempat sempit di hatimu itu tidak akan pernah kau isi dengan kasihku.

Kau telah memilikinya, bukan?
Seseorang, wanita, yang akan selalu tersenyum disampingmu dan selalu mengatakan padamu bahwa kau akan baik-baik saja saat kesepian menghampirimu dan depresi menjeratmu?
Seorang wanita, yang jelasnya bukan aku lagi.
Lalu, apalagi yang kau butuhkan?

Mereka tak perlu tahu hidup yang telah kau lewati, kau pun tak perlu memberitahu mereka.
Untuk hidupmu, kau hanya perlu jujur dan syukur padanya.

Rindukanlah Tuhanmu.
Resapi rasa sesak karena kau ingin selalu bersamanya.
Memang begitulah rindu seharusnya.
Menyesakkan.

Dirimu.
Dengan segala yang ada dan tiada di dalamnya.
Aku juga merindukanmu sebagaimana kau dan aku merindukan Tuhan kita.
Karena kau- masih tetap separuh diriku.

Selamat Jalan, Engkau.

Bukan keluarga memang, tapi beliau selalu memperlakukanku layaknya seorang anak.
Bukan sahabat memang, tapi beliau selalu memberiku perhatian dan nasihat yang indah.

Andai ada status yang bisa menyatakan kedekatan lebih dari kedekatan antara keluarga ataupun sahabat, maka status itulah yang akan kuberikan kepadanya.

Pertemuan antara aku dan beliau memang tidaklah panjang. Singkat dan selalu hanya berlangsung sementara. Pertama kali aku dan keluargaku mengenal beliau, saat kami berada di Surabaya karena menemani Bapak melaksanakan tugas kantor. Saat itu aku masih duduk di bangku kelas lima atau enam SD. Beliau lah yang selalu mengantarku dan keluarga menjelajahi dan menyusuri kota hiu dan buaya. Cara beliau mengemudikan mobil dinas dari kantor Bapak selalu membuat kami sekeluarga merasa nyaman dan aman.

Tak pernah sekalipun beliau menunjukkan rasa letih dan lelah saat mengantar kami kemana pun kami minta. Malahan, yang ada beliau selalu mengukir senyum dan tawa di wajahnya. Kumis tebal yang terdapat di atas bibirnya dan logat khas Madura yang selalu terdengar saat ia berbicara sama sekali tidak bisa membuat ia terlihat sangar dan garang. Tidak akan pernah bisa.

Tahun berganti tahun, mungkin ada sekitar lima sampai enam tahun yang telah terlewat semenjak terakhir kali aku dan keluargaku bertemu dengannya. Selama itu, aku dan keluarga tidak pernah lagi memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Surabaya. Hal itu tentunya menyebabkan kami tidak bisa lagi bertemu dengan beliau dalam kurun waktu yang lumayan lama.
Sampai akhirnya, entah ada angin apa, aku tak tahu apa Bapak yang menelpon beliau atau beliau yang menelpon Bapak terlebih dahulu, mereka berdua berbincang melalui telepon. Saling menanyakan kabar satu sama lain. Tentu saja beliau juga tidak lupa menanyakan kabar keluarga Bapak. Ya, tentu saja yang dimaksud adalah kabar Mama, Arin, aku, dan Dana. Saat itu, Bapak juga memberikan kami kesempatan satu per satu untuk berbincang dengan beliau. Telepon genggam Bapak digilir agar kami juga dapat menanyakan kabar beliau secara langsung. Semenjak saat itu, Bapak dan beliau menjadi lebih sering berkomunikasi, baik hanya sekadar mengirim pesan singkat ataupun menelpon, untuk tetap menjaga tali silaturahmi antara keluarga kami dengan beliau.

Tahun lalu, saat aku dinyatakan lulus di salah satu universitas negeri di kota Malang, Bapak tidak lupa mengabari beliau tentang kabar tersebut. Beliau menyambut gembira kabar dari Bapak tersebut. Entah sejak kapan, tapi yang aku tahu, beliau saat itu telah menetap di Bondowoso berasama keluarganya. Beliau menyambut gembira kabar bahwa aku akan melanjutkan pendidikan di kota Malang karena beliau merasa aku akan menjadi lebih dekat dengan beliau. Aku tak tahu jarak pastinya, yang jelas, Malang dan Bondowoso berada dalam satu provinsi, yaitu Jawa Timur.
Kemudian, saat aku dan Mama telah berada di Malang untuk mulai mengurus perkuliahanku, beliau menyempatkan diri mengunjungi kami di rumah kos yang dulu baru kutempati. Setelah sekitar enam tahun berlalu, akhirnya kami dapat bertemu lagi.
Tak banyak yang berubah dari beliau. Beliau tetap saja menjadi dirinya dengan kesederhanaan senyumnya dan keakraban tawanya. Sikapnya tetap saja ramah kepadaku dan Mama. Beliau tetap memperlakukanku dan Mama dengan baik, sangat baik malah. Pertemuan itu menjadi ajang nostalgia tentang masa-masa saat ia dahulu sering mengantarkan aku dan keluarga menyusuri Surabaya. Masa itu adalah salah satu kenangan masa kecilku yang tidak bisa kulupakan.

Semanjak pertemuan itu, beliau menjadi sering mengirimkanku pesan singkat walau terkadang hanya untuk sekadar memastikan apakah aku berada dalam keadaan baik-baik saja. Pesan singkat itu kira-kira ia kirimkan sebulan sekali. Dalam pesan singkat yang beliau kirim, terkadang beliau juga memberiku nasihat agar aku dapat bersungguh-sungguh menuntut ilmu di kota orang. Beliau ingin aku menjadi orang sukses. Beliau juga selalu memintaku memberitahukan kepadanya jika saja aku membutuhkan bantuan selama berada di Malang. Beliau melarangku sungkan dengan beliau.

Aku selalu membalas pesan singkat beliau dengan menyelipkan harapan yang sama, harapan bahwa beliau juga selalu dalam keadaan baik-baik saja. Tak lupa juga aku menitipkan salam kepada keluarganya dan aku juga mengucapkan terima kasih atas segala bentuk perhatian yang ia beri kepadaku. Perhatian yang lebih dari cukup.

Sampai pada suatu pagi di hari yang terang, hari yang kufikir akan kulalui dengan biasa-biasa saja, namun ternyata tidak, sebuah pesan singkat masuk kedalam kotak pesan ponselku. Aku membuka pesan singkat tersebut, membacanya, dan membuat hatiku menjadi remuk.
Tak kusangka isi pesan singkat yang kudapat adalah seperti ini:

20130918-131103.jpg

Biasanya, pesan singkat yang beliau kirimkan adalah pesan yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian, pesan yang akan membuat hatiku merasa bahagia. Bukan pesan singkat seperti ini. Aku tahu pasti bukan beliau yang mengirimkan pesan itu. Beliau tidak akan pernah tega untuk mengirimkan pesan yang dapat meremukkan hatiku dan membuatku meneteskan air mata. Tanpa pikir panjang, kutelepon nomer ponsel beliau dengan segera. Aku menunggu beberapa saat sampai akhirnya suara seorang lelaki terdengar diseberang telepon, yang aku tahu pasti itu bukanlah suara beliau. Aku menanyakan kebenaran dari kabar yang terdapat di pesan yang baru saja aku terima, dan lelaki di seberang telepon dengan sigap membenarkan kabar itu. Hatiku semakin remuk.
Lelaki di seberang telepon berkata, awalnya beliau menderita sesak napas yang menyebabkan beliau harus dirawat secara intensif di ruang ICU. Beliau di rawat di ruang ICU selama empat hari sebelum akhirnya ajal menjemputnya pada hari Sabtu pagi tanggal 14 September 2013.

Kini, tidak akan ada lagi pesan singkat yang berisi doa, kasih sayang, dan nasihat yang beliau kirimkan untukku. Tak pernah kuduga pertemuan setahun lalu ternyata menjadi pertemuan terakhirku dengan beliau. Andai bisa lebih kumaknai pertemuan itu, andai bisa kuputar waktu kebelakang.
Kini, kuucapkan terima kasih dari lubuk hatiku yang terdalam kepada beliau. Beliau yang pada awalnya bukanlah siapa-siapa untukku, sampai akhirnya beliau menjadi orang yang begitu kusayangi dan kukasihi. Terima kasih atas segala doamu untukku, nasihatmu untukku, kasih sayangmu untukku. Harapanmu agar aku menjadi orang sukses, tentu saja akan kukabulkan suatu saat nanti. Janjiku padamu, tak kan kukecewakan kau atas segala harapmu padaku. Akan kubuat kau, di alam sana, tersenyum bangga melihatku memenuhi segala harapmu.

Terima kasih. Sungguh tak ada ungkapan lain yang dapat kusampaikan kepadamu selain terima kasih.
Aku berdoa segala yang terbaik untukmu. Engkau adalah orang yang sangat baik, sudah sepantasnya banyak orang yang akan mendoakanmu yang baik-baik pula. Aku berdoa agar Allah Subhanallahu wa Taala mengampuni segala dosa dan khilafmu, melapangkan kuburmu, memberikan cahaya terang dalam kuburmu, menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya, memasukkanmu ke dalam syurga-Nya, memberikan ketabahan dan kesabaran bagi keluarga yang engkau tinggalkan, dan segala yang terbaik lainnya untukmu.

Sekali lagi, kuucapkan terima kasihku kepadamu, Om Warno. Dan semoga suatu saat nanti kita dapat berkumpul bersama lagi di syurga-Nya.

Amin Ya Rabbal Alamin.

*Al-Fatihah*